Bedah Gagasan Bertemu Tafsir: Catatan Akademik dari Forum Bedah Tulisan PSQT

Kegiatan bedah tulisan ini merupakan bagian dari agenda ilmiah yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Al-Qur’an dan Tafsir tahun 2025. Acara dilaksanakan pada hari Jumat pagi, pukul 09.00 WIB, tanggal 10 Oktober 2025. Bertujuan untuk mengembangkan tradisi akademik di lingkungan studi tafsir serta memperkaya wawasan mahasiswa dalam menelaah karya ilmiah yang berkaitan dengan kajian Al-Qur’an, baik dari segi metodologi, corak penafsiran, maupun konteks pemikiran para mufasir.

Dalam kesempatan ini, dua karya ilmiah dibedah secara mendalam, yaitu “Keutamaan Lebah dalam Surat An-Naḥl Ayat 68–69 dalam Perspektif Nawawi al-Bantani dan Quraish Shihab” karya Alfafa Salsabila, dan “Peran Mu’āsyarah bil Ma‘rūf dalam Membangun Keluarga Bahagia: Perspektif Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Mishbāh” karya Tegar Ahmad Firmansyah. Kedua tulisan tersebut dipilih karena merepresentasikan semangat kajian tafsir komparatif di Nusantara yang memadukan antara pemikiran klasik dan kontemporer serta menghadirkan relevansi praktis bagi kehidupan modern.

Bedah tulisan pertama membahas karya Alfafa Salsabila yang berjudul “Keutamaan Lebah dalam Surat An-Naḥl Ayat 68–69 dalam Perspektif Nawawi al-Bantani dan Quraish Shihab.”

Dalam pembahasannya, Nawawi al-Bantani memandang lebah sebagai makhluk yang diberi ilham oleh Allah untuk menunjukkan ketaatan dan ketertiban ciptaan-Nya. Madu menurutnya adalah karunia ilahi yang menjadi obat bagi segala penyakit. Penafsirannya cenderung sufistik dan tekstual, menonjolkan sisi keagungan mukjizat Allah.

Sementara itu, Quraish Shihab menafsirkan ayat tersebut dengan pendekatan ilmiah dan kontekstual, bahwa madu hanyalah salah satu sarana penyembuh yang manfaatnya tergantung pada kondisi manusia. Ia menyoroti keteraturan sosial lebah sebagai pelajaran bagi manusia tentang kerja sama dan disiplin.

Hasil bedah menunjukkan bahwa Nawawi menekankan aspek teologis, sedangkan Quraish menonjolkan aspek rasional. Analisis Alfafa dinilai baik dalam menggambarkan perbedaan corak tafsir klasik dan kontemporer, meski masih perlu pendalaman pada sisi metodologi penafsiran.

Bedah kedua membahas karya Tegar Ahmad Firmansyah berjudul “Peran Mu’āsyarah bil Ma‘rūf dalam Membangun Keluarga Bahagia: Perspektif Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Mishbāh.”

Dalam tulisan ini, Buya Hamka menegaskan bahwa mu’āsyarah bil ma‘rūf berarti hubungan rumah tangga yang didasari tanggung jawab bersama, saling menjaga kehormatan, memenuhi hak nafkah, dan bekerja sama dalam keputusan penting keluarga. Sementara Quraish Shihab menekankan mu’āsyarah sebagai bentuk ihsan—berbuat baik, tidak memaksa, dan menjaga perasaan pasangan.

Keduanya sepakat bahwa keharmonisan keluarga lahir dari saling menghormati dan memahami, namun berbeda dalam penekanan: Hamka lebih pada aspek praktis-sosial, Quraish lebih pada etika dan psikologi hubungan.

Hasil bedah menilai tulisan ini memiliki kekuatan pada analisis isi tafsir dan relevansinya terhadap kehidupan keluarga modern, meski bagian perbandingan metodologinya masih bisa diperluas.

Kedua karya yang dibahas memperlihatkan kekayaan corak penafsiran dalam tradisi tafsir Nusantara sekaligus menunjukkan kemampuan mahasiswa dalam menggabungkan kajian klasik dan kontemporer secara kritis.

Dari hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa baik penelitian tentang keutamaan lebah maupun tentang mu’āsyarah bil ma‘rūf, keduanya menegaskan pentingnya memahami Al-Qur’an secara kontekstual tanpa mengabaikan nilai-nilai keilahiannya. Nawawi al-Bantani dan Buya Hamka mewakili kekuatan tafsir klasik yang bersumber dari tradisi ulama terdahulu, sementara Quraish Shihab menghadirkan pendekatan modern yang lebih rasional dan kontekstual.

Secara keseluruhan, kegiatan ini memperkaya wawasan keilmuan peserta tentang perbedaan corak tafsir dan pentingnya membaca Al-Qur’an melalui berbagai perspektif. Bedah tulisan ini juga menjadi bukti bahwa pengkajian tafsir tidak hanya berhenti pada teks, tetapi juga dapat menjadi ruang refleksi bagi pembentukan nilai-nilai sosial, etika, dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *